Monday, July 15, 2019

B.2. JEMPARINGAN Busur Miring :

Sejarah ..
Jemparingan modern
Jemparingan MODERN atau jemparingan busur gendewa miring adalah kombinasi dari busur jemparingan keraton (bersila, busur dipegang secara horisontal, target : wong-wongan) dengan standarbow (busur Barat / atlit, dengan adanya window / cowakan).

Sejarah Jemparingan Modern (busana tradisional, duduk bersila, busur dipegang miring / diagonal, sasaran bandul) baru dimulai sekitar tahun 1959. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah PERPANI.

PON II
Atlit paling depan ini BUKAN dari Yogyakarta / Jawa Tengah. 
Busurnya model Jawa Barat (cengkolak : rancatan atau kasumedangan) dengan model sayap bambu yg khas, dan ujung bersiyah (Kris. JemparinganCom)
Sumber foto : https://web.facebook.com/ArsipNasionalRI/photos/a.555922984571049/1820981431398525/?type=3&_rdc=1&_rdr

Perlu diketahui, pada PON - I tahun 1948 di Solo; PON II - tahun 1951 di Jakarta; PON - III tahun 1953 di Medan; PON IV tahun 1957 di Makasar, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional, yaitu : ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan @ 4 anak panah dan dengan sasaran bulatan dengan hanya dibagi tiga bagian saja. 

PERPANI (Persatuan Panahan Indonesia) didirikan pada 12 Juli 1953 di Yogyakarta, atas prakarsa Gusti Paku Alam ke-VIIIBeliau menjabat sebagai Ketua Umum PERPANI selama 24 tahun, yaitu dari tahun 1953 sampai 1977.

Pada tahun 1959, Indonesia menjadi anggota FITA (Federation International de Tir A L´arc)  dalam konggres di Oslo, Norwegia.

Jemparingan bandhulan / gendewa miring baru ada setelah / bersamaan dengan era jemparingan targetan PERPANI (sekarang dikenal dg istilah PERPANI bow


Tutorial 
jemparingan Modern Jogja


Jemparingan Yogyakarta


Gladhen Rebo Legi, Paseduluran jemparingan Langenastro - 16 Januari 2019